Tanggal 11 Oktober 2015, kami mengadakan acara presentasi buku. Jadi, anak-anak disuruh memilih sebuah buku yang pernah mereka pinjam/baca, dan mempresentasikan isinya di depan anak-anak lain. Teras rumah kami menjadi 'panggung presentasi' mereka. Selagi kami mempersiapkan acaranya, anak-anak yang hendak mengikuti acara ini dipersilahkan membaca kembali bukunya agar benar-benar siap saat disuruh maju nanti.
Dari 28 orang pengunjung hari itu, hanya 8 di antaranya yang mau mengikuti acara ini. Selebihnya, mungkin karena tidak pede atau memang tidak tertarik, hanya menonton. Setelah semuanya siap, kami membagikan gulungan kertas kepada masing-masing anak yang ikut, untuk menentukan siapa yang akan maju ke depan.
Setelah semuanya mendapatkan nomor urut, acara dimulai pada pukul 9. Seorang anak perempuan berusia 8 tahun maju dengan malu-malu. Buku pilihannya berjudul 'Princess Adila dan Karcis Sirkus'. Setelah dipersilahkan, anak itu mulai. Yang mengejutkan saya, anak itu tidak atau bukan berpresentasi. Alih-alih menceritakan seperti apa isi buku tersebut, dia malah membacakan isi buku itu dari awal sampai akhir. Memang ide bagus, karena buku itu adalah buku bergambar berhalaman 24. Namun bukan ide bagus bagi yang memilih buku-buku yang tebal semacam novel.
Setelah anak itu selesai, bergiliran anak-anak lainnya--yang kebanyakan terdiri dari anak perempuan--mempresentasikan buku-buku mereka. Semua anak-anak berusia 10 tahun ke bawah, karena buku pilihan mereka tipis, membacakan isi buku mereka seperti anak sebelumnya. Hanya anak yang lebih besar yang memilih buku tebal dan mempresentasikan buku mereka secara tepat.
Kegiatan ini sebenarnya bertujuan untuk melatih anak-anak berbicara di depan umum, menceritakan kembali isi buku, dan sekaligus mempromosikan buku yang mereka baca agar anak-anak lain tertarik membacanya. Sayangnya memang kurang peminat, karena sepertinya mereka masih malu-malu untuk tampil di depan umum. Tak apalah, semoga kedepannya lebih banyak anak yang berminat.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar